June 17, 2006 | Author: frans
Hari itu merupakan hari bebas buat kami, karena tidak tahu lagi mau kemana. Jadi kami benar-benar menikmati hari terakhir kami di Ubud.
Bebek Betutu
Setelah menikmati sarapan, sekitar jam 11 kami keluar dari penginapan, hanya untuk berkeliling pasar Ubud. Di pasar ini kami bertemu lagi dengan pak Donald, tapi kali ini beliau berjalan sendirian sambil menelpon. Setelah itu kami menelusuri jalan Raya Ubud, jalan Hanoman lalu kembali ke jalan Dewi Sita dan diakhiri dengan makan siang di tempat kemarin di warung Sen San. Waduh kami lupa menanyakan nama si ibu, tapi terus terang kami benar-benar menikmati makanan di sini. Lagipula ibunya itu cukup ramah dan porsi lauknya banyak he.. he.. :)
Setelah makan siang, kami sedikit berbincang-bincang dengan si ibu tentang makanan favorit Bali, lalu ibu tersebut menawarkan bebek betutu, dan sekalian saja kami memesan bebek betutu kepad ibu tersebut. Ibu tersebut berkata bahwa di Ubud, yang membuat bebek betutu tidak lebih dari 3 orang. Harga bebek betutu ini kalau di restoran bisa sekitar Rp.100.000/ekor, sedangkan kami mendapatkannya Rp.60.000/ekor.
Setelah makan siang kami akhirnya pulang ke tempat penginapan kami, mulai sedikit-sedikit melakukan packing dan istirahat siang.
Kecele..
Sorenya sekitar jam 4 sore kami bertemu lagi dengan Pak Nyoman, menawarkan tiket nonton aneka tari di Ubud. Tapi karena kami kurang begitu tertarik, jadi saya dan istri menolaknya. Tapi kali ini kami tidak menyahut dalam bahasa Inggris seperti biasanya. Tapi kami sempat berbincang-bincang dengan pak Nyoman dengan bahasa Indonesia. Awalnya pak Nyoman agak kaget, tapi akhirnya ia tertawa sendiri. Karena ia menyangka kami berasal dari Singapore atau Jepang :). Ada-ada saja.....
Mencari tumpangan ke Bandara
Sore itu kami berkeliling ubud dengan berjalan kaki sambil mencari kendaraan yang akan membawa kami pulang besok. Akhirnya kami bertemu dengan agen yang menawarkan harga Rp.35.000,-/orang untuk perjalanan ke Bandara. Setelah kami membayar akhirnya kami keliling lagi menikmati malam terakhir di Bali.
Malam itu tidak terlalu dingin, tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi. Di sini toko-tokonya di sekitar jalan Monkey Forest tutup sekitar jam 9 malam, tetapi biasanya jam 8 lewat juga sudah mulai tutup. Karena jam-jam segini biasanya sudah agak sepi. Tapi untuk restoran sich lebih malam lagi.
Setelah puas berjalan-jalan akhirnya kami makan malam di Warung Sen-san lagi, dan kemudian kami pulang beristirahat. Sesampai di tempat penginapan kami, kami sempat berfoto-foto dengan Marisa (Orang Switzerland yang mengurus tempat penginapan Pramesti) dan dilanjutkan dengan kongkow-kongkow santai dengan bahasa Inggris. Itung-itung kami berlatih bahasa Inggris kami yang sudah lama gak pernah terpakai. Marisa ini orangnya cukup ramah dan murah senyum, sehingga kami tidak sungkan untuk ngomong2 dengannya.
Setelah malam cukup larut akhirnya kami tidur menghabiskan malam terakhir kami di Bali. Waktu memang begitu cepat.....
Bebek Betutu
Setelah menikmati sarapan, sekitar jam 11 kami keluar dari penginapan, hanya untuk berkeliling pasar Ubud. Di pasar ini kami bertemu lagi dengan pak Donald, tapi kali ini beliau berjalan sendirian sambil menelpon. Setelah itu kami menelusuri jalan Raya Ubud, jalan Hanoman lalu kembali ke jalan Dewi Sita dan diakhiri dengan makan siang di tempat kemarin di warung Sen San. Waduh kami lupa menanyakan nama si ibu, tapi terus terang kami benar-benar menikmati makanan di sini. Lagipula ibunya itu cukup ramah dan porsi lauknya banyak he.. he.. :)
Setelah makan siang, kami sedikit berbincang-bincang dengan si ibu tentang makanan favorit Bali, lalu ibu tersebut menawarkan bebek betutu, dan sekalian saja kami memesan bebek betutu kepad ibu tersebut. Ibu tersebut berkata bahwa di Ubud, yang membuat bebek betutu tidak lebih dari 3 orang. Harga bebek betutu ini kalau di restoran bisa sekitar Rp.100.000/ekor, sedangkan kami mendapatkannya Rp.60.000/ekor.
Setelah makan siang kami akhirnya pulang ke tempat penginapan kami, mulai sedikit-sedikit melakukan packing dan istirahat siang.
Kecele..
Sorenya sekitar jam 4 sore kami bertemu lagi dengan Pak Nyoman, menawarkan tiket nonton aneka tari di Ubud. Tapi karena kami kurang begitu tertarik, jadi saya dan istri menolaknya. Tapi kali ini kami tidak menyahut dalam bahasa Inggris seperti biasanya. Tapi kami sempat berbincang-bincang dengan pak Nyoman dengan bahasa Indonesia. Awalnya pak Nyoman agak kaget, tapi akhirnya ia tertawa sendiri. Karena ia menyangka kami berasal dari Singapore atau Jepang :). Ada-ada saja.....
Mencari tumpangan ke Bandara
Sore itu kami berkeliling ubud dengan berjalan kaki sambil mencari kendaraan yang akan membawa kami pulang besok. Akhirnya kami bertemu dengan agen yang menawarkan harga Rp.35.000,-/orang untuk perjalanan ke Bandara. Setelah kami membayar akhirnya kami keliling lagi menikmati malam terakhir di Bali.
Malam itu tidak terlalu dingin, tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi. Di sini toko-tokonya di sekitar jalan Monkey Forest tutup sekitar jam 9 malam, tetapi biasanya jam 8 lewat juga sudah mulai tutup. Karena jam-jam segini biasanya sudah agak sepi. Tapi untuk restoran sich lebih malam lagi.
Setelah puas berjalan-jalan akhirnya kami makan malam di Warung Sen-san lagi, dan kemudian kami pulang beristirahat. Sesampai di tempat penginapan kami, kami sempat berfoto-foto dengan Marisa (Orang Switzerland yang mengurus tempat penginapan Pramesti) dan dilanjutkan dengan kongkow-kongkow santai dengan bahasa Inggris. Itung-itung kami berlatih bahasa Inggris kami yang sudah lama gak pernah terpakai. Marisa ini orangnya cukup ramah dan murah senyum, sehingga kami tidak sungkan untuk ngomong2 dengannya.
Istri bersama Marisa
Setelah malam cukup larut akhirnya kami tidur menghabiskan malam terakhir kami di Bali. Waktu memang begitu cepat.....
Category:
Our Wedding and Honeymoon