Pulangnya saya bersama istri mencari tahu tentang hal ini di kamus bahasa Inggris, ternyata makna dari Meeter & Greeter itu kualitasnya lebih rendah ketimbang Customer Service.
Kalau Customer Service itu memang tugasnya adalah memberikan service/pelayanan kepada klien atau pelanggan. Dimana service/pelayanan yang diberikan untuk memberikan kepuasan pelanggan baik membantu mencarikan informasi yang diinginkan pelanggan maupun membantu untuk menyelesaikan masalah yang alami pelanggan. Intinya Customer Service di sini diharapkan juga bisa menjadi PR (Public Relation) antara perusahaan kepada client.
Sedangkan Meeter & Greeter justru mempunyai pengertian yang tidak lebih dari penyambut tamu. Lebih-lebih hanya sekedar untuk menyapa, bukan untuk membantu memberikan bantuan kepada pelanggan.
Apakah kesalahan penggunaan istilah ini memang niat dari perusahaan untuk menurunkan servicenya?
Saya rasa tidak, tapi hanya supaya lebih "keren", khan sudah ada teller jadi mereka mengharapkan beberapa bagian lain yang berhubungan dengan pelanggan diberi akhiran "er" tetapi yang terjadi malah jadi pergeseran makna.
Sadar atau tidak, sesungguhnya kita juga telah banyak dihadapkan istilah-istilah yang sangat rancu. Mungkin diantara kita pernah mendapakan kartu nama dari seorang sales otomotif dengan title "Executive Marketing". Padahal setahu saya orang yang bertitle Marketing tidak pernah menjual. Tapi melakukan survei lapangan, menentukan paket produk, menentukan harga pasar yang sama sekali tidak ada hubungan dengan jual menjual. Aneh.... tapi itulah yang terjadi di Indonesia ini.
Suka tidak suka, sadar atau tidak. Ya akhirnya kita terpaksa harus menerima penyalahgunaan istilah ini.
December 13, 2007 - 19:10:07
dear frans,
saya rano,mahasiswa usu tingkat akhir ilmu komunikasi bidang public relations.saya juga seorang pramuniaga di Matahari dept.store Mall Palladium, Medan.saya juga turut berperan selaku greeter. memang benar jika diartikan greeter hanyalah menyambut dan menyapa tamu. jika perusahaan tersebut mengganti kata customer service dengan greeter,bukan berarti ia menurunkan kualitas pelayanan pelanggannya. menurut saya, mungkin perusahaan tersebut ingin mendapat citra positif dari pelanggan dengan cara lebih terlihat ramah dan bersahabat ketika fungsi customer servicenya tidak hanya untuk menyelesaikan masalah, tapi juga menyambut pelanggan dengan ramah. perlu kita sadari bahwa citra customer service di Indonesia hanya selaku penyelesaian masalah.untuk itu, wajar kiranya jika perusahaan tersebut ingin customer servicenya berbeda dengan yang lain.