June 14, 2006 | Author: frans
Sekitar jam 7 kami sudah bangun dan duduk-duduk di teras bungalow. Tidak lama kemudian kami didatangi oleh Marisa dan ditawarkan makan pagi. Lalu istri saya menuliskan beberapa pesanan kami dan memberikan kepadanya. Ternyata di tempat ini juga menawarkan service mengisi ulang air, berbeda dengan isi ulang yang ada di Jakarta. Ternyata Marisa ini hanya memindahkan isi air gallon ke botol kami.

Walau sarapan yang ditawarkan hanya menyediakan makanan ala barat, tapi kira-kira cukuplah untuk mengganjal perut. Setidaknya dengan harga yang tidak berbeda jauh dengan yang di Kintamani, apa yang kami dapat di sini jauh lebih baik dan lebih manusiawi.

Selama di Bali, kami berdua selalu disangka sebagai turis asing. Hampir semua orang yang menawarkan sesuatu kepada kami menggunakan bahasa Inggris. Hari itu kami berniat untuk menyewa motor. Si penyewa saat itu menawarkan kami dengan bahasa Inggris tapi kami gak mau kalah set maka kami menjawabnya juga dengan bahasa Inggris. Pendek kata transaksipun terjadi, kami menyewa motor bebek supra sekitar 8 jam seharga Rp.30.000 berikut bahan bakar sekitar 1/4 tangki.

Belanja di Sukawati harus
Saat ini kami berencana untuk ke pasar Sukawati lagi untuk berbelanja sesuatu untuk orang rumah. Belanja di Sukawati itu kita harus berani "tega" untuk menawar, bayangkan sebuah celana bermuda 3/4 mereka buka dengan harga Rp.45.000 lalu saya tawar Rp.10.000 tiba-tiba mereka bisa memberi harga Rp.15.000 apa tidak aneh tuch? Kalau beli lebih dari 1 bahkan mereka bisa memberi Rp.12.000 - Rp 12.500

Makan babi lagi di Ubud
Sekitar jam 12 kami bergegas pulang ke tempat penginapan kami untuk menaruh barang belanjaan, lalu makan siang di sebuah restoran babi yang paling terkenal di Ubud yaitu Warung Bu Oka, tempat ini sangat ramai sekali baik orang lokal maupun turis international ada di sini. Porsi nasi campurnya itu seharga Rp.17.500/porsi. Kebetulan kami makan tepat di depan orang-orang yang menyediakan makanan buat kami, jadi setidaknya kami bisa melihat bagaimana mereka bekerja. Kami melihat sebuah babi panggang yang dipotong di depan mata kami. Ternyata setelah babi itu dipotong seakan ada minyak mengalir bak "mata air".
 

[Klik untuk memperbesar]
Babi panggang bu Oka


Kalau menurut kami sich tidak terlalu enak, tapi entah kenapa orang-orang begitu menghebohkannya. Oh iya perlu diketahui kalau makan di Bali itu terutama makan di warung. Awalnya kita akan kaget, soalnya saat mereka menyiapkan makanan mereka tidak menggunakan sendok. Mereka menggunakan jari-jari tangan tanpa sarung tangan, menggunakan sendok hanya untuk makanan berkuah dan sambal. Jadi kalo anda ingin sesuatu yang higenis mungkin Bali bukan tempat yang baik untuk anda :)

Setelah makan di warung bu Oka, tiba-tiba saya bertemu dengan pak Donald, mantan salah satu bos yang pernah bekerja di Intimedia beserta anak dan istri serta seorang temannya orang asing. Setelah berbincang sejenak akhirnya kami berpisah, kami langsung kembali ke hotel. Berjalan-jalan di Bali di waktu siang bukanlah ide yang baik, soalnya matahari di Bali sangat terik. Tanpa di sadar bisa saja kita terbakar karenanya, walaupun udara di Ubud tidak sepanas di Kuta tapi tetap saja mataharinya terik juga.

Monkey Forest
Sekitar jam 3 sore kami berdua mencoba sebuah tempat wisata di daerah Ubud yang jarang orang sebut yakni Monkey Forest. Seperti namanya di tempat ini terdapat sebuah hutan yang terdiri dari gerombolan monyet2 dan di dalamnya terdapat pura, rusa dan juga kuburan. Tapi saat kami ke sana kami tidak melihat rusa. Di bandingkan dengan Alas kedaton yang luasnya yang tidak terlalu luas, Monkey Forest jauh lebih luas. Makanya harga tiket di sini lebih mahal, jika di Alas kedaton saat itu hanya Rp.3.300 (Bulan Mei 2006 ini menjadi Rp.7.500), sedangkan di Monkey Forest harganya Rp.10.000.
 

[Klik untuk memperbesar]
Monyet di Monkey Forest yang lebih bersahabat


Mau ke Jimbaran tapi gagal
Setelah ke Monkey Forest, kami mampir ke warnet. Ternyata warnet di sini lebih mahal dari warnet di Jakarta, rata-rata harganya sekitar Rp.1.000/5 menit tapi minimalnya sekitar Rp.3000. Di sini kami mencoba untuk mencari hotel di Jimbaran, tapi kami tidak mendapatkan hotel yang bisa di-book besok. Lagipula kami sudah mencari nomer telpon yang bisa dihubungi untuk hotel di Jimbaran dengan harga yang bersahabat. Tapi setelah sekitar 30 menit terlewat kami tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya kami memutuskan untuk extend lagi 1 hari di Ubud.

Cari warung murah
Setelah kami puas berada di Monkey Forest sekitar jam 7 lewat, akhirnya kami mengembalikan motor. Lalu kami mencoba mencari makan malam. Seperti yang saya bilang dahulu, mencari makan murah di Ubud jauh lebih sulit ketimbang mencari makan murah di Kuta. Kami menyelusuri jalan Monkey Forest, jalan Ubud dan akhirnya jalan Dewi Sita. Di jalan Dewi Sita kami menemui di sebuah warung di sebuah gang, Nama warungnya San San. Di sana harganya lumayan walau tidak juga bisa dibilang murah. Setidaknya standar warung Jakarta-lah. Tapi porsinya itu lumayan buanyak, lagipula nambah nasi di sini gratisssss :).
 

[Klik untuk memperbesar]
Warung yang harganya lebih bersahabat


Setelah kami makan malam kami menyelusuri Bali di saat malam, benar-benar romantis. Jika kalau di Jakarta berjalan malam hari kesannya agak menakutkan namun di Bali kesan itu hilang, walaupun di sini ada peminta-minta tapi selama di Bali kami hanya melihat 3 orang peminta-minta. Orang-orang Bali menganggap bahwa turis adalah sumber pemasukan utama bagi mereka, jadi mereka benar-benar menjaga hal ini. Mereka tidak mau turis-turis sampai kecewa apalagi terganggu keamanan dan keselamatannya, karena jika hal ini terjadi image Bali akan rusak apalagi setelah kejadian Bom Bali kedua yang lalu jumlah wisatawan ke Bali benar-benar menurun drastis.

Setelah puas berjalan-jalan di malam hari akhirnya kami istirahat.......ZZzzzzz

Comments

  1. koko 
    June 14, 2008 - 14:55:10

    cerita yang sangat menarik. Jadi pingin punya pengalaman seperti ini.


Leave comment

This item is closed, it's not possible to add new comments to it or to vote on it
« Prev itemNext item »